Jarum jam menunjuk ke angka 12.14. Hari sudah menjadi Selasa, H-1 menjelang perayaan anniversary yang ke 7. Lupakan sejenak tentang itu.
Ketika waktu sudah berpihak pada malam, sepi mulai memanfaatkan keadaan. Suara kendaraan penghias siang, teriakan, langkah kaki, atau apapun itu mulai hilang dari peradaban. Ketika malam tiba, mereka seakan tak peduli dengan apa yang mereka lakukan untuk menandai adanya siang. Mereka dipaksa untuk melupakan apa yang mereka lakukan di siang hari. Nampaknya kita salah besar jika mengartikan siang hanya tentang sinar mata hari. Pikiran kita terlalu sempit bung. . . . !! Mereka selalu saja dikucilkan, tidak dianggap. Padahal mereka adalah jantung, bukan sekedar penghias dalam definisi.
Ketika waktu sudah berpihak pada malam. Angin seakan memanfaatkan keadaan. Dia tau bahwa ini adalah saat yang tepat untuk unjuk kemampuan. "Aku juga punya suara, aku juga bisa berisik tauuuuuk", kata si Angin. Yaaaa tak usah se BETE itu, kami paham kok. Suara yang nyaris hilang tertutup mereka -mereka yang aktif pada siang, kini berpredikat menjadi ramai. Sebagai teman yang sering kali terlupakan, angin nampak setia juga yaaa. Kadang orang-orang menganggap angin ada, hanya pada saat banyak apa itu cairan asin dari kulit keluar menetes-netes tidak sopan. Angin tidak mau menyerah, "ini bukan hanya tentang kami yang bisa menghiankan cairan asin itu, tapi ini juga tentang kontribusi pengisi hari dengan suara". Okeeee kami paham, kesetiaan kalian sangat tinggi, sekali lagi. . .walaupun tidak dianggap kalian tetap konsisten. Semangat yaaa